Dilihat dari percobaan kimia sehari-hari, mungkin perubahan paling dramatis pada abad ke-20 adalah revolusi metode analisa.
Tahun
1930, kimiawan masih memakai kimiawi basah, atau tabung uji, metode
yang berubah sedikit sekali selama ratusan tahun: uji reagan, titrasi,
penentuan titik didih dan beku, analisis pembakaran unsur, argumen
struktural sintetik dan analitik, dan seterusnya. Diawali dengan
laboratorium komersial yang memberikan sebuah sumber daya untuk analisa
rutin dan dengan ditemukannya pH meter yang menggantikan indikator
kimiawi, kimiawan mulai bertopang pada instrumen fisika dan spesialisasi
ketimbang metode kimiawi basah. Instrumen fisika memberikan pandangan
yang lebih tajam yang dapat melihat hingga tingkat molekul dan atom.
Tahun
1910an, J.J. Thomson dan pendampingnya, Francis Aston, telah
mengembangkan spektrograf massa untuk mengukur berat atom dan molekul
dengan sangat teliti. Ia semakin teliti seiring waktu sehingga pada
tahun 1940an, spektrograf massa diubah menjadi spektrometer massa –
bukan lagi sebuah mesin untuk berat atom tapi sebuah alat analisis untuk
menentukan senyawa rumit yang belum diketahui. Begitu juga dengan
sejarah kolorimetri yang panjang. Tahun 1940an, prinsip kolorimetrik
diterapkan pada instrumen untuk membuat sejumlah spektrofotometer, mulai
dari spektroskopi tampak, inframerah, ultraviolet hingga Raman.
Penambahan spektrometer laser dan teknologi komputer memberikan
ketelitian lebih dalam lagi sehingga menyediakan alat-alat penting untuk
mempelajari kinetik dan mekanisme reaksi.
Kromatografi,
yang dipakai selama bergenerasi untuk memisahkan campuran dan
menentukan keberadaan zat target, lebih berkembang lagi, khususnya pada
kromatografi gas (GC). Resonansi magnetik nuklir (NMR) yang memakai
gelombang radio yang berinteraksi dengan medan magnet untuk
mengungkapkan lingkungan kimiawi atom hidrogen dalam sebuah senyawa juga
dikembangkan setelah perang dunia kedua. Mesin NMR awal tersedia tahun
1950an; tahun 1960an mereka menjadi tulang punggung analisis kimia organik.
Di saat yang sama, kombinasi GC-NMR juga dikembangkan, dan memberikan
ahli kimia kemampuan memisahkan dan menganalisa jumlah sampel yang
sangat kecil. Tahun 1980an, NMR menjadi dikenal umum, saat teknik ini
dipakai untuk kedokteran – walaupun istilahnya diubah menjadi Pencitraan
resonansi magnetik (MRI) untuk menghindari kata nuklir yang bercitra
negatif.
Banyak
lagi metode instrumental yang berkembang seperti resonansi paramagnetik
elektron dan difraksi sinar X. Singkatnya, antara tahun 1930 dan 1970,
revolusi analitik kimia mengubah arah sains dan mempercepat kemajuannya.
Dan kemajuan kimia analitik masih terus berlangsung pada pertiga akhir abad ini.
Referensi
1. Joseph S. Fruton, Proteins, Enzymes, Genes: The Interplay of Chemistry and Biology (1999),
2. Alan J. Rocke, Nationalizing Science: Adolphe Wurtz and the Battle for French Chemistry (2001),
3. John W. Servos, Physical Chemistry from Ostwald to Pauling: The Making of a Science in America (1990),
4. Glenn D. Considine. Van Nostrand Reinhold Encyclopedia of Chemistry, 5th ed., (2005).
5. “chemistry.” Encyclopædia Britannica. 2010. Encyclopædia Britannica Online. 20 Jun. 2010 <http://www.britannica.com/EBchecked/topic/108987/chemistry>.
(( Belajar Bersama... Pasti Lebih Asyik..))
Thank Gan atas infonya.
BalasHapushttp://manga-blog-anime.blogspot.com
oke gan thanks juga sudah berkunjung...
Hapus