FENOLIK
A. Pengertian
Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak
ditemukan pada tumbuhan. Fenolik
memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus – gugus
lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa
induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus hidroksil lebih dari
satu sehingga disebut polifenol.
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam
senyawa yang berasal dari tumbuhan yang
mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus OH-. Senyawa fenolik di alam terdapat
sangat luas, mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan di semua tanaman, daun, bunga dan buah. Ribuan senyawa
fenolik alam telah diketahui strukturnya, antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana,
fenil propanoid, polifenol (lignin,
melanin, tannin), dan kuinon fenolik.
Banyak senyawa fenolik alami mengandung
sekurang-kurangnya satu gugus
hidroksil dan lebih banyak yang membentuk senyawa eter, ester atau glioksida daripada senyawa bebasnya.
Senyawa ester atau eter fenol tersebut memiliki
kelarutan yang lebih besar dalam air daripada senyawa fenol dan senyawa glioksidanya.
Dalam keadaan murni, senyawa fenol
berupa zat padat yang tidak berwarna,
tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan fenol dalam air akan bertambah, jika gugus
hidroksil makin banyak.
Senyawa fenolik memiliki aktivitas
biologik yang beraneka ragam, dan banyak
digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai substrat donor H. Reaksi oksidasi kopling, selain
membutuhkan suatu oksidator juga memerlukan adanya suatu senyawa yang dapat
mendonorkan H. Senyawa fenolik
merupakan contoh ideal dari senyawa yang mudah mendonorkan atom H.
B. Struktur Senyawa
Fenolik
Senyawa
fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat
pada satu atau lebih cincin aromatik benzena. Ribuan senyawa fenolik di alam telah
diketahui strukturnya, antara lain fenolik sederhana, fenil propanoid, lignan,
asam ferulat, dan etil ferulat.
· Fenolik
Sederhana
Golongan senyawa-senyawa
yang termasuk fenolik sederhana antara lain meliputi
guaiakol, vanilli dan kresol.Gambar: Golongan senyawa fenolik sederhana |
Umumnya radikal fenoksi
yang terbentuk dari senyawa golongan fenolik sederhana,
mengalami pengkopelan pada posisi orto
atau para terhadap gugus hidroksi fenolat. Posisi ini lebih disukai, karena tidak terlalu sterik sehingga memudahkan radikal lain untuk berikatan pada
posisi tersebut
Gambar: Resonansi radikal fenoksi o-Kresol
|
Namun kombinasi
pengkopelan lain juga diamati kemungkinannya, yaitu O-p,
O-o dan O-O.
·
Fenil Propanoid
Fenil propanoid merupakan senyawa fenol di alam yang mempunyai
cincin aromatik dengan rantai samping
terdiri dari 3 atom karbon. Golongan fenil propanoid
yang paling tersebar luas adalah asam
hidroksi sinamat, yaitu suatu senyawa
yang merupakan bangunan dasar lignin . Empat macam asam hidroksi sinamat banyak terdapat dalam tumbuhan.
Keempat senyawa tersebut yaitu asam
ferulat, sinapat, kafeat dan p-kumarat.
Gambar: Struktur Fenil propanoid
|
Radikal fenoksi dari senyawa ini umumnya mengalami pengkopelan
diposisi atom C8, membentuk
struktur dengan jembatan 8-8 (8-8 bridges).
· Lignan
Senyawa-senyawa golongan
fenil propanoid membentuk suatu senyawa dimer
dengan struktur lignan. Senyawaan lignan memiliki struktur dasar (struktur induk) yang terdiri dari 2 unit fenil
propanoid yang tergabung melalui ikatan 8-8. Ikatan
khas ini digunakan sebagai dasar penamaan lignan.
Gambar: Penomoran atom pada senyawa fenil propanoid dan lignan
|
Penggabungan 2 unit fenil propanoid dapat pula terjadi melalui
ikatan selain membentuk 8-8, yang digolongkan
ke dalam neolignan. Sedangkan jika 2 unit fenil propanoid bergabung
melalui atom O, senyawa yang terbentuk tergolong
dalam oxineolignan.
Gambar: Struktur senyawa golongan neolignan dan oxineolignan
|
Senyawaan lignan memiliki
banyak modifikasi pada struktur induknya, yang
antara lain dapat menghasilkan penambahan cincin, penambahan atau penghilangan
atom C, dan sebagainya. Senyawaan ini tersebar luas di dunia tumbuhan, dan
banyak digunakan secara niaga sebagai antioksidan dan sebagai komponen sinergistik dalam insektisida.
Selain itu, lignan merupakan komponen kimia yang aktif dalam tumbuhan obat tertentu.
Salah satu senyawa golongan lignan, yaitu podophyllotoxin, diketahui
dapat menghambat tumor. Dalam pengobatan
Cina, lignan banyak dipakai untuk mengobati penyakit hepatitis dan melindungi organ hati.
· Asam
Ferulat
Asam ferulat adalah turunan dari
golongan asam hidroksi sinamat, yang memiliki
kelimpahan yang tinggi dalam dinding sel tanaman. Hal ini memungkinkan untuk dapat memberikan
keuntungan yang signifikan di bidang kesehatan,
karena senyawa asam ferulat memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan. Selain itu juga dapat menjadi prekursor
dalam pembuatan senyawa aromatik lain
yang bermanfaat.
Sebagai antioksidan, asam ferulat
kemungkinan menetralkan radikal bebas,
seperti spesies oksigen reaktif (ROS). ROS kemungkinan yang menyebabkan DNA rusak dan mempercepat
penuaan.
Dengan studi pada hewan dan studi in vitro, mengarahkan bahwa asam ferulat kemungkinan memiliki hubungan
dengan aktivitas antitumor perlawanan kanker payudara dan kanker hati. Asam
ferulat memiliki kemungkinan sebagai pencegah
kanker yang efektif, yang disebabkan oleh paparan senyawa karsinogenik, seperti benzopirene dan
4-nitroquinoline 1-oksida. Namun perlu menjadi
catatan, bahwa hal itu tidak diuji coba kontrol random pada manusia, sehingga hasilnya kemungkinan pula tidak dapat
dimanfaatkan untuk manusia.
Jika ditambahkan pada asam askorbat dan
vitamin E, asam ferulat kemungkinan
dapat mengurangi stress oksidasi dan pembentukan dimer timidine dalam kulit.
Pada tumbuhan, asam ferulat meningkatkan
rigiditas dan kekuatan dinding sel tanaman, melalui ikatan silang (cross
linking) dengan pentosan, arabinoxilan dan hemiselulosa,
sehingga dinding sel tidak mudah dihidrolisis
secara enzimatis selama proses perkecambahan.
Asam ferulat banyak ditemukan dalam padi
(terutama beras merah), gandum, kopi, buah apel, nanas, jeruk dan kacang tanah.
Dalam perindustrian, asam ferulat
memiliki kelimpahan dan dapat dimanfaatkan
sebagai prekursor dalam pembuatan vanilli, agen perasa sintesis yang sering digunakan dalam ekstrak vanilla
alami.
Asam ferulat adalah
senyawa fenolik yang dapat dihasilkan salah satunya ialah dengan reaksi kondensasi vanilli
dengan asam malonat.
Adapun rumus bangun asam ferulat adalah
sebagai:
· Etil
Ferulat
Etil ferulat
tergolong ke dalam turunan senyawa asam hidroksi sinamat, yang merupakan
turunan dari asam ferulat dalam bentuk ester. Senyawa fenolik ini
terdistribusi secara luas pada berbagai jenis tanaman yang dapat dikonsumsi oleh
makhluk hidup. Senyawa tersebut terdapat dalam tanaman, terutama pada benih
padi dan gandum, tetapi dalam jumlah kecil. Oleh karena itu, senyawa ini
biasanya disintesis dari prekursor asam ferulat. Bentuk fisik etil ferulat berupa
kristal berwarna putih dan memiliki aktifitas sebagai antioksidan yang
sangat baik dibandingkan asam bebasnya. Etil ferulat digunakan sebagai bahan aktif dalam
pengobatan terapi untuk antihipertensi.
Adapun rumus bangun etil ferulat adalah
sebagai:
Gambar: Rumus bangun etil ferulat
|
C. Manfaat Senyawa
Fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa bahan alam yang cukup luas penggunaannya saat ini. Kemampuannya
sebagai senyawa biologik aktif memberikan
suatu peran yang besar terhadap kepentingan manusia. Sudah banyak penelitian diarahkan pada
pemanfaatan senyawa fenolik pada berbagai
bidang industri. Pada industri makanan dan minuman, senyawa fenolik berperan dalam memberikan aroma yang khas
pada produk makanan dan minuman, sebagai zat pewarna makanan dan minuman,
dan sebagai antioksidan. Pada industri farmasi dan kesehatan, senyawa ini
banyak digunakan sebagai antioksidan,
antimikroba, antikanker dan lain-lain, contohnya
obat antikanker (podofilotoksan), antimalaria (kuinina) dan obat demam (aspirin). Selain itu, senyawa ini
juga banyak digunakan sebagai insektisida
dan fungisida. Selain itu, senyawa
fenolik sangat penting untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman, di mana
diproduksi sebagai respon untuk mempertahankan tanaman dari serangan terhadap
patogen.
Senyawa fenolik mempunyai struktur yang khas, yaitu memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada
satu atau lebih cincin aromatik benzena, sehingga senyawa ini juga memiliki sifat
yang khas, yaitu dapat teroksidasi.
Kemampuannya membentuk radikal fenoksi yang stabil pada proses oksidasi
menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan. Manfaat asam
fenolik yang paling penting yaitu anti-penuaan yang berhubungan dengan
anti-oksidan yang mengurangi aktivitas
dan mencegah pertumbuhan sel abnormal. Asam fenolat berguna dalam mengendalikan
peradangan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan sirkulasi
darah, semua yang menghasilkan signifikan manfaat anti penuaan dalam tubuh.
.
D. Reaksi Senyawa
Fenolik
Senyawa fenolik mempunyai ciri yang khas, yakni bisa membentuk
senyawa kompleks yang berwarna, yang biasanya berwarna biru atau ungu biru
apabila direaksikan dengan besi (III) klorida. Walaupun tidak selektif pereaksi
ini cukup berguna untuk mengetahui adanya gugus hidroksil terutama kalau
pemisahan komponen metabolit sekunder dari contoh yang diteliti tidak mudah.
Selain itu, senyawa fenolik juga dapat mengalami sintesis polimer
fenolik bioaktif dengan proses yang relatif aman terhadap lingkungan (tidak beracun), dapat dilakukan melalui
reaksi kopling oksidatif fenolik
secara enzimatis, yaitu dengan bantuan biokatalis berupa enzim. Keuntungan penggunaan enzim sebagai biokatalis adalah ketersediaan enzim yang sangat berlimpah di
alam, sifatnya yang ramah lingkungan
dan menghasilkan suatu produk yang tidak berbahaya. Sedangkan kekurangan dari penggunaan enzim ini, yaitu enzim
bersifat selektif, hanya dapat mengkatalisis senyawa-senyawa dari golongan fenol dan amina aromatik, sehingga penggunaannya
di dalam industri polimer menjadi
terbatas.
Salah satu cara yang sering digunakan dalam mengoksidasi senyawa fenolik, yaitu melalui bantuan katalis
enzim peroksidase. Enzim peroksidase merupakan
kelompok enzim oksidoreduktase yang
mampu mengkatalisis reaksi oksidasi
oleh hidrogen peroksida dari sejumlah substrat yang merupakan donor hidrogen seperti fenol, anilin dan lain
sebagainya. Enzim peroksidase dalam
organisme hidup dapat mengkatalisis senyawa substratnya,
sedangkan H2O2 berfungsi
untuk menginisiasi biosintesis beberapa metabolit sekunder yang diperlukan pada
proses pertumbuhan. Oksidasi fenolat oleh enzim peroksidase dengan substrat H2O2 menghasilkan
reaksi kopling oksidatif, sehingga terbentuklah polimer fenolik.
Oksidasi yang dilakukan oleh enzim
peroksidase terhadap senyawa fenolik menyebabkan terbentuknya suatu radikal
fenoksi, di mana radikal ini mampu
melakukan resonansi dengan posisi orto dan para pada cincin aromatiknya dan selanjutnya akan bergabung dengan
radikal fenoksi yang lain membentuk senyawa baru polifenol. Cara ini sering
dikenal sebagai polimerisasi
secara enzimatis.
E. Identifikasi
Senyawa Fenolik
Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia
yang berasal dari bahan alam hayati pada dasarnya menggunakan metode yang
sangat bervariasi, seperti yang diaplikasikan dalam proses industri. Metode metabolit
pengempaaan digunakan pada senyawa katecin daun gambir juga isolasi CPO dari
buah kelapa sawit.
Metode ini umum digunakan karena senyawa
organik yang diperoleh dengan kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda
dengan senyawa bahan alam hasil proses metabolit sekunder lainnya yang pada
umumnya dengan kandungan yang relatif kecil, maka metode-metode dan proses
industri tersebut tidak dapat digunakan.
Berdasarkan hal di atas maka metode yang
umum dalam isolasi senyawa metabolit sekunder dapat digunakan. Metode standar
laboratorium dengan kuantitas sampel terbatas dan perlunya menentukan metode
yang paling sesuai dengan maksud tersebut.
Dari
identifikasi awal, maka dapat diamati kandungan senyawa dari tumbuhan sehingga
untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu yang dominan dan salah satu usaha
mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan pemilihan
pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, di mana pelarut
polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa non
polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
Sebelum
melakukan isolasi terhadap suatu senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu
tumbuhan maka perlu dilakukan identifikasi pendahuluan kandungan senyawa
metabolit sekunder yang ada pada masing-masing tumbuhan, sehingga dapat
diketahui kandungan senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara
kuantitatif golongan senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut. Untuk
tujuan tersebut maka diperlukan metode persiapan sampel dan metode identifikasi
pendahuluan senyawa metabolit sekunder sebagai berikut:
Sebanyak
4 gram sampel segar dirajang halus dan dididihkan dengan 25 ml etanol selama
lebih kurang 25 menit, disaring dalam keadaan panas, kemudian pearut diuapkan
sampai kering. Ekstrak dikocok kuat dengan kloroform lalu ditambahkan air
suling, biarkan sampai terbentuk dua lapisan, yakni lapisan kloroform dan
lapisan air. Beberapa tetes ditempatkan dalam tabung reaksi ditambahkan besi (III)
klorida, timbul warna hijau sampai ungu menandakan positif mengandung fenolik.
Secara
umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan seperti
bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi
menggunakan pelarut organik polar seperti metanol.
Beberapa
metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan antara lain :
1. Maserasi
Maserasi merupakan
proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur
ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam
karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga
metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dengan pelarut
organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman
yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan
efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam
pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling
banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam, karena dapat
melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.
2. Perkolasi
Merupakan proses
melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa
organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari proses ini hanya akan
lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang
digunakan.
3. Solketasi
Solketasi menggunakan
soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat di hemat karena terjadinya
sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk
senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
4. Destilasi
uap
Proses destilasi lebih
banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu yang cukup tinggi,
yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih
banyak digunakan untuk minyak atsiri.
5. Pengempaan
Metode ini banyak
digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi CPO dari buah kelapa sawit
dab isolasi katecin dari daun gambir. Dimana dalam proses tidak menggunakan
pelarut.
Hasil
yang diperoleh berupa ekstrak yang mana seluruh spade senyawa bahan alam yang
terlarut dalam pelarut yang digunakan akan berada pada ekstak ini.
Penentuan
jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan
komponen – komponen pada KLT dengan
Rf tertentu dapat dijadikan
sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan mengggunakan
kolom kromatografi dan sebagai fas diam dapat digunakn silika gel dan eluan
yang digunakan berdasarkan hasil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik
kalau kepolaran eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen
pada KLT.
Pemilihan
eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang tidak polar seperti heksana
dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau pelarut yang lebih polar
lainnya masing – masing pelarut.
Selanjutnya
suatu senyawa bahan alam hasil isolasi akan diidentifikasi berdasarkan kimia,
fisika, dan identifikasi dengan spektroskopi. Dari isolasi yang menggunakan
metode standar tidak semua senyawa akan secara utuh seperti yang terdapat dalam
tumbuhan tesebut, karena sebagian senyawa ada yang terlarut dan terpecah dalam
proses isolasi dan hasil terjadi seperti putusnya ikatan glikosida membentuk
aglikon dan gula dengan adanya air.
Identifikasi
senyawa metabolit sekunder dan elusidasi struktur senyawa ditemukan merupakan
pekerjaan yang sangat menentukan dalam proses mengenal, mengetahui dan pada
akhirnya menetapkan rumus molekul yang sebenarnya dari senyawa tersebut.
Di
antara metode identifikasi dan elusidasi struktur yang diperoleh dapat
dilakukan dengan metode standar yang sudah dikenal untuk menentukan senyawa
kimia dan termasuk derivat – derivatnya antara lain:
1.
Metode Spektroskopi
Metode
spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar dalam penentuan struktur
senyawa organic pada umumnya dan senyawa metabolit sekunder pada khususnya.
Metode tersebut terdiri dari beberapa peralatan dan mempunyai hasil pengamatan
yang berbeda, yaitu :
a.
Spektroskopi UV
Merupakan
metode yang akan memberikan informasi adanya kromofor dari senyawa organik dan
membedakan senyawa aromatic atau senyawa ikatan rangkap yang berkonjugasi denga
senyawa alifatik rantai jenuh.
b.
Spektroskopi IR
Metode
yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat
dalam senyawa organik, yang mana gugus
fungsi dari senyawa organik akan dapat ditentukan berdasarkan ikatan tiap atom
dan merupakan bilangan frekuensi yang spesifik.
c.
Nuklir Magnetik Resunansi Proton
Metode
ini akan mengetahui posisi atom – atom karbon yang mempunyai proton atau tanpa
proton. Disamping itu akan dikenal atom – atom lainnya yang berkaitan dengan
proton.
d.
Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13
Digunakan
untuk mengetahui jumlah atom karbon dan menentukan jenis atom karbon pada
senyawa terebut.
e.
Spektroskopi Massa
Mengetahui
berat molekul senyawa dan ditunjang dengan adanya fragmentasi ion molekul yang
menghasilkan pecahan – pecahan spesifik untuk suatu senyawa berdasarkan m / z
dari masing – masing fragmen yang terbentuk. Terbentuknya fragmen – fragmen
denga terjadinya pemutuan ikatan apabila disusun kembali akan dapat menentukan
kerangka struktur senyawa yang diperiksa.
2.
Kromatografi
Penggunaan
kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa metabolit sekunder dan
dapat dijadikan sebagai patokan untuk proses pengerjaan berikutnya dalam
menentukan struktur senyawa.
Berbagai
jenis kromatografi yang umum digunakan antara lain:
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) : Merupakan
salah satu metode identifikasi awal untuk menentukan kemurnian senyawa yang
ditemukan atau dapat menentukan jumlah senyawa dari ekstrak kasar metabolit
sekunder. Cara ini sangat sederhana dan merupakan suatu pendeteksian awal dari
hasil isolasi. b. Kromatografi Kolom : Digunakan
untuk pemisahan campuran bebrapa senyawa yang diperoleh dari isolasi tumbuhan.
Dengan menggunakan fasa padat dan fasa cair maka fraksi – fraksi senyawa akan
menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi. c. Kromatografi Gas : Pemisahan
campuran senyawa yang cukup stabil pada pemanasan, karena sampel yang digunakan
akan dirubah menjadi fasa gas dan dengan adanya
perbedaan keterikatan senyawa pada fasa padat yang digunakan terhadap
senyawa organik sehingga terjadi pemisahan masing – masing senyawa dari
campurannya. d. Kromatografi Cair : Lebih dikenal dengan HPLC
(High Pressure Liquid Chromatography ) dan lebih dari 75 % dari pemakaian HPLC
menggunakan fasa padat ODS (Oktadesil Sifane) atau C – 18 sedangkan fasa cair
sebagai pelarut pembawa senyawa dapat diganti kepolarannnya pada saat digunakan
dan kondisi seperti itu dikenal sebagai fasa gradien. Pada kondisi gradien,
senyawa nonpolar akan diadsorpsi lebih lemah oleh fasa padat dan akan dielusi
dengan pelarut nonpolar dan sebaiknya senyawa polar akan diadsorpsi lebih kuat
dan membutuhkan pelarut polar. Jika sampel mempunyai polaritas luas, pemisahan
harus dilakukan dengan merubah kepolaran pelarut yang digunakan. Efisiensi
penggunaan HPLC ditentukan dengan pengaturan dan penggunaan pelarut sebagai
pembantu dalam pemakaian HPLC.
Secara
garis besar identifikasi senyawa fenolik dapat digambarkan sebagaimana bagan
berikut ini:
BAGAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK
DAFTAR PUSTAKA
. . . . . , Metabolit Sekunder. http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolit_sekunder. diunduh tanggal
28 Oktober 2011.
. . . . . , Ringkasan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1844/1/
06000441.pdf . diunduh tanggal 28 Oktober 2011.
. . . . . , Senyawa Fenolik. http://farms-area.blogspot.com/2008/07/senyawa-fenolik.html. diunduh tanggal
03 Oktober 2011.
Lenny, Sovia. Senyawa Terpenoida dan Steroida. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1860/1/06003488.pdf . diunduh tanggal
28 Oktober 2011.
Pasaribu, Subur P. Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder Dari
Daun Tumbuhan Babadotan Ageratum conyzoides L. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/62092329.pdf . diunduh tanggal
28 Oktober 2011.
Sahel, Ray. Senyawa Fenolik dan Asam, Manfaat dari Fenol
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.raysahelian.com/phenolic.html . diunduh tanggal
03 Oktober 2011.
Artikel Terkait Lainnya :
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SOBAT CERIA PADA ARTIKEL INI
Judul: Pengertian Senyawa Fenolik
Ditulis oleh Ery || Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi Sobat ceria. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini dengan segala rasa hormat harap menyertakan link dofollow ke https://pemula-awaliharimu.blogspot.com/2012/11/pengertian-senyawa-fenolik.html?m=0. Sekali lagi Terima kasih sudah berkenan membaca artikel ini. Ditulis oleh Ery || Rating Blog 5 dari 5
URL |
Code For Forum |
HTML Code |
terimakasih kak, artikel nya sangat membantu :)
BalasHapus