Para insinyur di Universitas Brown mengembangkan sebuah system yang
dengan bersih dan efisien membuang logam berat jejak dari air. Dalam
eksperimen, para peneliti menunjukkan kalau system ini mengurangi
konsentrasi cadmium, tembaga, dan nikel, mengembalikan air yang tercemar
ke dekat atau di bawah standar yang diterima.
Hasil penelitian mereka tampil dalam Chemical Engineering Journal.
Sebuah
konsekuensi buruk dari banyak praktek industry dan manufaktur, dari
pabrik tekstil hingga operasi kerja logam, adalah pelepasan logam berat
ke jalan air. Logam tersebut dapat bertahan selama berpuluh tahun,
bahkan abad, dalam konsentrasi rendah namun tetap berbahaya.
Membuang logam jejak dari air “sangat sulit dilakukan,” kata Joseph Calo, professor emeritus
teknik yang merawat sebuah laboratorium aktif di Brown. Ia mencatat
biaya, inefisiensi, dan waktu yang dibutuhkan untuk usaha tersebut.
“Seperti mengembalikan jin ke botolnya.”
Itu
menantang. Calo dan insinyur lain di Brown menemukan sebuah metode baru
yang menyaring logam berat jejak di air dengan meningkatkan konsentrasi
mereka sehingga teknik pembuangan logam yang terbukti dapat mengambil
alih. Dalam sederetan eksperimen, para insinyur melaporkan metode yang
mereka sebut system presipitasi elektrowinning siklis –
cyclic electrowinning/precipitation (CEP), mampu membuang 99 persen
tembaga, cadmium, dan nikel, menyisakan air yang tercemar berada di
standar kebersihan yang diterima. System CEP otomatis dapat diperluas
pula, kata Calo, sehingga dapat memiliki potensi komersil, khususnya
dalam remediasi lingkungan dan bidang pemulihan logam. Mekanika dan
hasil dari system tersebut dijelaskan dalam sebuah paper yang
diterbitkan dalam Chemical Engineering Journal.
Sebuah
teknik yang telah terbukti membuang logam berat dari air lewat reduksi
ion logam berat dari sebuah elektrolit. Sementara teknik tersebut punya
banyak nama, seperti elektrowinning, pemulihan/pembuangan elektrolit
atau elektroekstraksi, semuanya bekerja sama, dengan menggunakan arus
listrik untuk mengubah ion logam bermuatan positif (kation) menjadi
stabil dalam keadaan padat sehingga mereka dengan mudah dapat dipisahkan
dari air. Masalah utama dalam teknik ini adalah kation logam yang ada
harus dalam konsentrasi tinggi di air agar dapat efektif; jika
konsentrasi kation terlalu rendah – kurang dari 100 bagian per juta –
efisiensi menjadi begitu rendah dan arus bekerja pada lebih dari sekedar
ion logam berat.
Cara lain untuk membuang logam adalah lewat kimia
sederhana. Teknik ini melibatkan pemakaian hidroksida dan sulfide untuk
menyublimkan ion logam dari air, sehingga membentuk padatan. Padatan
ini, walau begitu, memiliki lumpur beracun, dan karenanya tidak ada cara
baik untuk menanganinya. Penguburan di tanah pada umumnya tidak akan
menghilangkannya, dan hanya membiarkannya diam dalam tangki penenang
juga memberi potensi racun dan berbahaya secara lingkungan. “Tidak ada
yang mau seperti itu, karena liabilitasnya tinggi,” kata Calo.
Dilemanya
sekarang adalah bagaimana membuang logam secara efisien tanpa
menciptakan limbah berbahaya. Calo dan rekan-rekannya, peneliti pasca
doctoral Pengpeng Grimshaw dan George Hradil, yang meraih gelar doctor
di Brown dan sekarang ajung professor, menggabungkan kedua teknik untuk
membentuk system loop tertutup. “Kami mengatakan ‘mari gunakan tampilan
menarik dari kedua metode dengan menggabungkannya dalam sebuah proses
siklis,’” kata Calo.
Perlu beberapa
tahun untuk membangun dan mengembangkan sistemnya. Dalam makalah ini,
para pengarang menjelaskan bagaimana ia bekerja. System CEP melibatkan
dua unit utama, satu untuk mengkonsentrasi kation dan lainnya untuk
mengubahnya menjadi logam padat stabil dan membuangnya. Dalam tahap
pertama, air berbeban logam dimasukkan dalam sebuah tangki dengan asam
(asam sulfat) atau basa (natrium hidroksida) ditambahkan untuk mengubah
pH air, secara efektif memisahkan molekul air dari subliman logam, yang
tenang di dasar. Air “jernih” ditarik, dan lebih banyak air tercemar
dimasukkan. Pengayunan pH dilakukan lagi, pertama dengan menguraikan
subliman dan kemudian kembali menyublimkan semua logam, meningkatkan
konsentrasi logam setiap siklus. Proses ini terus berulang hingga
konsentrasi kation logam dalam larutan mencapai titik dimana
elektrowinning dapat diterapkan secara efisien.
Ketika titik tersebut tercapai, larutan dikirim ke alat kedua, yang disebut elektroda partikulat semburan
(spouted particulate electrode – SPE). Disinilah dimana elektrowinning
terjadi, dan kation logam secara kimia diubah menjadi padatan logam
stabil sehingga dapat dibuang dengan mudah. Para insinyur menggunakan
SPE yang dikembangkan oleh Hradil, seorang insinyur penelitian senior
di Technic Inc., berlokasi di Cranston, R.I. Air bersih dikembalikan
ke tangki penyubliman, dimana ion logam dapat disublimkan sekali lagi.
Setelah pembersihan lanjutan, air supernatant dikirim ke reservoir lain,
dimana proses tambahan dilakukan untuk menurunkan tingkat konsentrasi
ion logam. Proses ini dapat diulang secara otomatis dan siklis sejumlah
yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan, seperti standar
air minum Negara.
Dalam eksperimen,
para insinyur menguji system CEP dengan cadmium, tembaga, dan nikel
secara individual dan dengan air yang mengandung ketiga logam. Hasilnya
menunjukkan kalau cadmium, tembaga, dan nikel direndahkan hingga
1,50;0,23; dan 0,37 bagian per juta (bpj) – dekat atau dibawah ambang
cemar maksimum yang dibolehkan Dinas Perlindungan Lingkungan AS. Lumpur
terus terbentuk dan terurai dalam system sehingga tidak ada yang tersisa
sebagai pencemar lingkungan.
“Pendekatan
ini menghasilkan reduksi volume sangat besar dari air tercemar awalnya
dengan reduksi elektrokimia ion menuju logam nol-valen pada permukaan
partikel katodik,” tulis para pengarang. “Untuk konsentrasi ion awal 10
bpj, reduksi volumenya berada dalam ordo satu juta.”
Calo
mengatakan kalau pendekatan ini dapat dipakai untuk logam berat lain
seperti timbal, raksa, dan timah. Para peneliti saat ini mencobakan
system dengan sampel yang tercemar logam berat dan zat lain, seperti
endapan, untuk mengkonfirmasi operasinya.
Para
peneliti didanai oleh National Institute of Environmental Health
Sciences, sebuah cabang dari National Institutes of Health, lewat
program Brown University Superfund Research.
Sumber berita:
Referensi jurnal:
Pengpeng Grimshaw, Joseph M. Calo, George Hradil. Cyclic electrowinning/precipitation (CEP) system for the removal of heavy metal mixtures from aqueous solutions. Chemical Engineering Journal, 2011; 175: 103 DOI:10.1016/j.cej.2011.09.062
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Jejak Petualangan Dunia Maya SOBAT di dalam blog ini dengan menyempatkan diri sejenak untuk saling sapa ataupun berkomentar.
*Budayakan saling menghargai dan berkomentarlah yang baik.*